Sosialisasi merupakan proses pembelajaran seumur hidup yang bertujuan agar setiap individu dapat mengenali nilai-nilai positif, mampu menempatkan diri, beradaptasi, dan berinteraksi secara prositif dengan lingkungan sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungan tersebut. Dengan kata lain, sosialisasi difungsikan untuk membantu setiap individu untuk menemukan perannya sesuai dengan status sosialnya. Hal itu dimaksudkan agar tercipta interaksi yang sehat antar seluruh anggota komunitas atau kelompok masyarakat. Sosialisasi juga membantu kelompok untuk menanamkan, menjaga, dan melestarikan nilia-nilai dan norma-norma yang dianut masyarakat dari generasi ke generasi.
Intinya, dengan adanya sosialisasi diharapkan setiap individu yang terlibat dalam kelompok tertentu dapat berperilaku dan bertindak sesuai dengan status sosialnya. Dalam setiap status sosial ada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Melalui sosialisasi, diharapkan setiap individu dapat memenuhi tanggung jawab sesuai dengan status dan memperoleh hak-haknya tanpa mengabaikan nilai-nilai dan norma yang berlaku.
Harapan agar setiap individu berperilaku sesuai dengan status sosialnya disebut pengaharapan peran (role expectation), artinya setiap individu diharapkan mampu menampilkan peran atau perilaku yang sesuai dengan status sosialnya. Seorang murid diharapkan berperan sebagai seorang pelajar yang bertanggung jawa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar baik secara formal amupun informal.
Menurut Robbins (1996), pengharapan peran dan status sosial merupakan suatu acuan bagaimana individu seharusnya meyakini, bagaimana individu seahrusnya bertindak dalam situasi tertentu, atau bagaimana seseorang berperilaku sebagian besar ditentukan oleh peran dan status sosial dalam konteks untuk bertindak.
Dengan kata lain, Robbins mengatakan bahwa peran dan status sosiallah yang menjadi acuan bagi setiap individu dalam bertindak. Masing-masing individu akan csenderung bertindak atau berperilaku sesuai dengan peran dan status sosialnya.
Seorang guru yang memiliki peran sebagai pengajar dan status sosial sebagai seorang guru diharapkan dapat berperilaku dan bertindak layaknya seorang pengajar yaitu membimbing murid dan mengajarkan nilai-nilai positif baik dalam bentuk lisan maupun perbuatan.
Kemampuan setiap individu untuk berperilaku dan bertindak sesuai peran dan status sosialnya, tidak terlepas dari adanya sosialisasi. Pembentukan peran dan status sosial pada dasarnya merupakan salah satu fungsi dari sosialisasi itu sendiri.
Sosialisasi berfungsi untuk membantu setiap individu dalam bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku berdasarkan peran dan status sosialnya sesuai dengan lingkup lingkungannya masing-masing.
Pembentukan peran dimulai dari lingkungan yang paling dekat yaitu lingkungan keluarga. Kemudian dilanjutkan ketika anak terjun ke dunia speermainan, lingkungan pendidikan, organisasi sosial, dan organisasi komersil.
Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat yang paling kecil yang terdiri dari seorang Ayah, Ibu dan anak-anak. Pembentukan peran dan status sosial di lingkungan keluarga berada dalam kendali kedua orangtua. Orangtualah yang bertugas untuk mensosialisasikan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku sehingga secara sadar anak-anak dan anggota keluarga mampu mengenali perannya masing-masing.
Seorang suami sebagai kepala keluarga memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan melindungi anak istrinya. Deikian pula seorang ibu yang memiliki peran sebagai ibu rumah tangga diharapkan dapat berperilau dan bertindak layaknya seorang ibu yaitu menjaga dam membimbing anak, serta menyiapkan keperluan suami.
Peran dan status sosial atara Ayah dan Ibu dalam setiap rumah tangga dapat saja berbeda. Kondisi berbeda terjadi ketika dalam suatu keluarga Ayah dan Ibu sama-sama memposisikan diri sebagai pekerja atau pencari nafkah. Dalam hal ini kedua belah pihak diharapkan dapat tetap menjaga peran dasar masing-masing yaitu sebagai Ayah dan Ibu.
Pembentukan peran seorang anak di dalam keluarga dimulai ketika sang anak sudah dapat mengenali perilaku-perilaku di keluarganya. Melalui kegiatan menlihat, mendengar, dan meniru, seorang anak pada akhirnya belajar mengenali peran dan berusaha betindak sesuai perannya dalam keluarga.
Lingkungan Sepermainan
Ketika seorang anak sudah mulai mengenal beberapa teman dan memiliki lingkungan speermainan sendiri, maka sosialisasi juga dibutuhkan untuk membantu anak memposisikan diri dan beradaptasi dengan lingungan sepermainannya.
Adakalanya dalam lingkungan sepermainan, seorang anak memposisikan diri sepertihalnya peran yang ia dapat di dalam lingkungan keluarga sehingga ketika seorang anak berperilaku manja di dalam keluarga ia juga akan bersikap manja di lingkungan sepermainan.
Hal semacam itu pada akhirnya akan memberikan pembelajaran kepada setiap anak untuk mulai mengenali lingkungan sepermainan, memahamai karakter masing-masing teman, dan mencoba untuk beradaptasi agar dapat diterima oleh teman-teman yang lain.
Ketika anak berada dalam lingkungan speermainan, maka proses sosialisasi dapat berlangsung melalui teman-teman di sekitranya atau dengan bantuan dari orangtua di rumah. Bimbingan dari orangtua dapat membantu anak untuk berperilaku sesuai dengan aturan dalam lingkungan sepermainan.
Lingkungan Pendidikan
Begitu memasuki dunia pendidikan, proses sosialisasi semakin luas cakupannya. Tak hanya dari keluarga, setiap individu juga mempelajari banya hal dari lingkungan sekolah. Dalam hal ini, peran guru sangat besar dalam proses pembelajaran.
Pada dasarnya setiap individu akan mengerti bagaimana peran dan status sosialnya di lingkungan pendidikan. Akan tetapi setiap individu harus terus belajar agar dapat mengenali dan beradaptasi dengan lingkungan pendidikan sehingga dapat berperilaku sesuai dengan peran dan status sosial mereka.
Peran dan status sosial kepala sekolah di lingkungan pendidikan memilii posisi yang paling tinggi. Dengan demikian seorang kepala sekolah memiliki tanggung jawab yang lebih tinggi pula. Kepala sekolah selaku pimpinan dalam lingkungan sekolah diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan status dan kewajibannya sehingga kelangsungan sekolah tersebut terjaga.
Lingkungan Organisasi Sosial
Organisasi sosial merupakan salah satu komunitas yang dikordinasi secara bersama-sama dan tersusun atas dua atau lebih orang yang berfungsi untuk mencapai suatu visi atau seperangkat tujuan bersama.
Setiap organisasi memiliki struktur organisasi yang memposisikan tiap-tiap anggotanya ke dalam perannya masing-masing. Komponen-komponen yang ada dalam struktur organisasi biasanya disesuaikan dengan kebutuhan mulai dari ketua, sekretaris, bendahara, dan perangkat lainnya.
Pembentukan peran dan status sosial di lingkungan organisasi sosial melalui sosialisasi bertujuan untuk mengumpulkan tenaga serta membagi-bagi tugas sesuai dengan struktur yang telah disepakati. Suatu organisasi akan berjalan dengan baik jika setiap anggotanya mampu berperilaku sesuai dengan perannya masing-masing.
Pembagian tugas dalam organisasi sosial diatur sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dan visi mereka. Dalam pembagian tugas, adakalanya beberapa bagian dalam struktur mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang sama dalam kelompok organisasi sosial tersebut.
Lingkungan Organisasi Komersial
Pada dasarnya orgaisasi komersil tidak jauh berbeda dengan organisasi sosial. Perbedaan keduanya terletak pada visi dan misi. Sesuai dengan namanya, organisasi komersil lebih fokus pada prinsip-prinsip ekonomi khususnya keuntungan finansial.
Organisasi komersil memiliki struktur organisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan meliputi manajer atau pimpinan perusahaan, sekretaris, staf keuangan, hingga buruh. Pimpinan perusahaan berada dalam status sosial yang paling tinggi di lingkungan perusahaan.
Pembentukan peran dan status sosial di lingkungan organisasi komersil melalui sosialisasi memposisikan seorang pimpinan perusahaan sebagai pemegang status sosial tertinggi untuk berperan mengkoordinasi, merencanakan, dan mengarahkan kegiatan pekerja yang menjadi bawahannya.
Selain itu, pimpinan dalam perusahaan juga bertanggung jawab untuk memilih saluran komunikasi yang paling efektif dan memecahkan konflik antara anggota yang dipimpinnya.
Selaras dengan itu, para staff memiliki status sosial yang lebih rendah dibanding pimpinan sehingga diharapakn dapat berperan sesuai dengan statusnya yaitu menyesuaikan diri menurut sistem hirarki jabatan yang berlaku dan menjalan tugasnya dengan baik.
Lingkungan Lembaga Tinggi Negara
Pembentukan peran dan status sosial di lingkungan lembaga tinggi negara bergantung pada bentuk atau sistem pemerintahan yang dianut oleh suatu negara. Di Indonesia, lembaga tinggi negara menganut trias politika yang memisahkan keuasaan menjadi tiga lembaga yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Setiap lembaga memiliki peran dan status sosialnya masing-masing. Lembaga legislatif memiliki kekuasaan untuk membuat undang-undang, lembaga eksekutif memiliki kekuasaan untuk menjalankan undang-undang, dan lembaga yudikatif memiliki kekuasaan untuk mengawasi dan mengadili pelanggaran undang-undang.
Sbagai makhluk sosial, setiap individu dapat memiliki peran dan status sosial lebih dari satu dan itu bergantung pada lingkungan tempat ia berada. Jika masing-masing individu dapat memposisikan diri dan bertindak sesuai dengan peran dan status sosialnya, maka tujuan-tujuan sosialisasi dapat tercapai.
Intinya, dengan adanya sosialisasi diharapkan setiap individu yang terlibat dalam kelompok tertentu dapat berperilaku dan bertindak sesuai dengan status sosialnya. Dalam setiap status sosial ada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Melalui sosialisasi, diharapkan setiap individu dapat memenuhi tanggung jawab sesuai dengan status dan memperoleh hak-haknya tanpa mengabaikan nilai-nilai dan norma yang berlaku.
Harapan agar setiap individu berperilaku sesuai dengan status sosialnya disebut pengaharapan peran (role expectation), artinya setiap individu diharapkan mampu menampilkan peran atau perilaku yang sesuai dengan status sosialnya. Seorang murid diharapkan berperan sebagai seorang pelajar yang bertanggung jawa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar baik secara formal amupun informal.
Menurut Robbins (1996), pengharapan peran dan status sosial merupakan suatu acuan bagaimana individu seharusnya meyakini, bagaimana individu seahrusnya bertindak dalam situasi tertentu, atau bagaimana seseorang berperilaku sebagian besar ditentukan oleh peran dan status sosial dalam konteks untuk bertindak.
Dengan kata lain, Robbins mengatakan bahwa peran dan status sosiallah yang menjadi acuan bagi setiap individu dalam bertindak. Masing-masing individu akan csenderung bertindak atau berperilaku sesuai dengan peran dan status sosialnya.
Seorang guru yang memiliki peran sebagai pengajar dan status sosial sebagai seorang guru diharapkan dapat berperilaku dan bertindak layaknya seorang pengajar yaitu membimbing murid dan mengajarkan nilai-nilai positif baik dalam bentuk lisan maupun perbuatan.
Kemampuan setiap individu untuk berperilaku dan bertindak sesuai peran dan status sosialnya, tidak terlepas dari adanya sosialisasi. Pembentukan peran dan status sosial pada dasarnya merupakan salah satu fungsi dari sosialisasi itu sendiri.
Sosialisasi berfungsi untuk membantu setiap individu dalam bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku berdasarkan peran dan status sosialnya sesuai dengan lingkup lingkungannya masing-masing.
Pembentukan peran dimulai dari lingkungan yang paling dekat yaitu lingkungan keluarga. Kemudian dilanjutkan ketika anak terjun ke dunia speermainan, lingkungan pendidikan, organisasi sosial, dan organisasi komersil.
Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat yang paling kecil yang terdiri dari seorang Ayah, Ibu dan anak-anak. Pembentukan peran dan status sosial di lingkungan keluarga berada dalam kendali kedua orangtua. Orangtualah yang bertugas untuk mensosialisasikan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku sehingga secara sadar anak-anak dan anggota keluarga mampu mengenali perannya masing-masing.
Seorang suami sebagai kepala keluarga memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan melindungi anak istrinya. Deikian pula seorang ibu yang memiliki peran sebagai ibu rumah tangga diharapkan dapat berperilau dan bertindak layaknya seorang ibu yaitu menjaga dam membimbing anak, serta menyiapkan keperluan suami.
Peran dan status sosial atara Ayah dan Ibu dalam setiap rumah tangga dapat saja berbeda. Kondisi berbeda terjadi ketika dalam suatu keluarga Ayah dan Ibu sama-sama memposisikan diri sebagai pekerja atau pencari nafkah. Dalam hal ini kedua belah pihak diharapkan dapat tetap menjaga peran dasar masing-masing yaitu sebagai Ayah dan Ibu.
Pembentukan peran seorang anak di dalam keluarga dimulai ketika sang anak sudah dapat mengenali perilaku-perilaku di keluarganya. Melalui kegiatan menlihat, mendengar, dan meniru, seorang anak pada akhirnya belajar mengenali peran dan berusaha betindak sesuai perannya dalam keluarga.
Lingkungan Sepermainan
Ketika seorang anak sudah mulai mengenal beberapa teman dan memiliki lingkungan speermainan sendiri, maka sosialisasi juga dibutuhkan untuk membantu anak memposisikan diri dan beradaptasi dengan lingungan sepermainannya.
Adakalanya dalam lingkungan sepermainan, seorang anak memposisikan diri sepertihalnya peran yang ia dapat di dalam lingkungan keluarga sehingga ketika seorang anak berperilaku manja di dalam keluarga ia juga akan bersikap manja di lingkungan sepermainan.
Hal semacam itu pada akhirnya akan memberikan pembelajaran kepada setiap anak untuk mulai mengenali lingkungan sepermainan, memahamai karakter masing-masing teman, dan mencoba untuk beradaptasi agar dapat diterima oleh teman-teman yang lain.
Ketika anak berada dalam lingkungan speermainan, maka proses sosialisasi dapat berlangsung melalui teman-teman di sekitranya atau dengan bantuan dari orangtua di rumah. Bimbingan dari orangtua dapat membantu anak untuk berperilaku sesuai dengan aturan dalam lingkungan sepermainan.
Lingkungan Pendidikan
Begitu memasuki dunia pendidikan, proses sosialisasi semakin luas cakupannya. Tak hanya dari keluarga, setiap individu juga mempelajari banya hal dari lingkungan sekolah. Dalam hal ini, peran guru sangat besar dalam proses pembelajaran.
Pada dasarnya setiap individu akan mengerti bagaimana peran dan status sosialnya di lingkungan pendidikan. Akan tetapi setiap individu harus terus belajar agar dapat mengenali dan beradaptasi dengan lingkungan pendidikan sehingga dapat berperilaku sesuai dengan peran dan status sosial mereka.
Peran dan status sosial kepala sekolah di lingkungan pendidikan memilii posisi yang paling tinggi. Dengan demikian seorang kepala sekolah memiliki tanggung jawab yang lebih tinggi pula. Kepala sekolah selaku pimpinan dalam lingkungan sekolah diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan status dan kewajibannya sehingga kelangsungan sekolah tersebut terjaga.
Lingkungan Organisasi Sosial
Organisasi sosial merupakan salah satu komunitas yang dikordinasi secara bersama-sama dan tersusun atas dua atau lebih orang yang berfungsi untuk mencapai suatu visi atau seperangkat tujuan bersama.
Setiap organisasi memiliki struktur organisasi yang memposisikan tiap-tiap anggotanya ke dalam perannya masing-masing. Komponen-komponen yang ada dalam struktur organisasi biasanya disesuaikan dengan kebutuhan mulai dari ketua, sekretaris, bendahara, dan perangkat lainnya.
Pembentukan peran dan status sosial di lingkungan organisasi sosial melalui sosialisasi bertujuan untuk mengumpulkan tenaga serta membagi-bagi tugas sesuai dengan struktur yang telah disepakati. Suatu organisasi akan berjalan dengan baik jika setiap anggotanya mampu berperilaku sesuai dengan perannya masing-masing.
Pembagian tugas dalam organisasi sosial diatur sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dan visi mereka. Dalam pembagian tugas, adakalanya beberapa bagian dalam struktur mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang sama dalam kelompok organisasi sosial tersebut.
Lingkungan Organisasi Komersial
Pada dasarnya orgaisasi komersil tidak jauh berbeda dengan organisasi sosial. Perbedaan keduanya terletak pada visi dan misi. Sesuai dengan namanya, organisasi komersil lebih fokus pada prinsip-prinsip ekonomi khususnya keuntungan finansial.
Organisasi komersil memiliki struktur organisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan meliputi manajer atau pimpinan perusahaan, sekretaris, staf keuangan, hingga buruh. Pimpinan perusahaan berada dalam status sosial yang paling tinggi di lingkungan perusahaan.
Pembentukan peran dan status sosial di lingkungan organisasi komersil melalui sosialisasi memposisikan seorang pimpinan perusahaan sebagai pemegang status sosial tertinggi untuk berperan mengkoordinasi, merencanakan, dan mengarahkan kegiatan pekerja yang menjadi bawahannya.
Selain itu, pimpinan dalam perusahaan juga bertanggung jawab untuk memilih saluran komunikasi yang paling efektif dan memecahkan konflik antara anggota yang dipimpinnya.
Selaras dengan itu, para staff memiliki status sosial yang lebih rendah dibanding pimpinan sehingga diharapakn dapat berperan sesuai dengan statusnya yaitu menyesuaikan diri menurut sistem hirarki jabatan yang berlaku dan menjalan tugasnya dengan baik.
Lingkungan Lembaga Tinggi Negara
Pembentukan peran dan status sosial di lingkungan lembaga tinggi negara bergantung pada bentuk atau sistem pemerintahan yang dianut oleh suatu negara. Di Indonesia, lembaga tinggi negara menganut trias politika yang memisahkan keuasaan menjadi tiga lembaga yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Setiap lembaga memiliki peran dan status sosialnya masing-masing. Lembaga legislatif memiliki kekuasaan untuk membuat undang-undang, lembaga eksekutif memiliki kekuasaan untuk menjalankan undang-undang, dan lembaga yudikatif memiliki kekuasaan untuk mengawasi dan mengadili pelanggaran undang-undang.
Sbagai makhluk sosial, setiap individu dapat memiliki peran dan status sosial lebih dari satu dan itu bergantung pada lingkungan tempat ia berada. Jika masing-masing individu dapat memposisikan diri dan bertindak sesuai dengan peran dan status sosialnya, maka tujuan-tujuan sosialisasi dapat tercapai.
0 comments :
Post a Comment