CERPEN MISTERI KUNTILANAK PENUNGGU POHON BERINGIN

Posted by on 2017-06-04 - 10:25 PM

Teknokiper.com - Cerpen Horor. Malam itu adalah malam jumat kliwon ketika aku dan lima teman mengajiku memutuskan untuk berkumpul di halaman belakang masjid selepas mengaji. Tidak biasanya tanpa kami sadari kami berkumpul di halaman paling sudut dimana terdapat pohon beringin besar yang dari penampakannya saja sudah sangat seram. Sebenarnya aku tidak punya pengalaman pribadi terkait mitos yang beredar di tengah masyarakat mengenai keangkeran pohon beringin. Tapi mendengar cerita horor beberapa orang tua mengenai hantu penunggu pohon beringin seringkali membuatku takut. Cerita-cerita itu pada akhirnya membentuk pemahaman tersendiri dalam fikiranku bahwa semua pohon beringin pasti ada hantu penunggunya. Sejak itu aku memutuskan untuk tidak bermain-main di dekat pohon beringin. Tapi sialnya, malam itu tanpa sadar kami terus mengobrol dan lama-kelamaan semakin merapat ke pohon beringin yang terletak tidak jauh dari masjid. Malam itu pun menjadi saksi bisu akan pengalaman mistis pertamaku menyaksikan gangguan setan penunggu pohon beringin.

Namaku Nanda, anak pertama dari dua bersaudara. Sewaktu kecil aku merupakan anak yang memiliki kelebihan dalam hal melihat makhluk halus. Dulu, saat masih kecil dan belum begitu paham tentang hantu aku sering berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata yang sering muncul di rumahku.

Saat pertama kali melihat mereka, aku bahkan sering mengajak mereka berbicara dan sesekali aku bermain dengan mereka. Sosok mereka sangat beragam mulai dari anak kecil seumuranku hingga sosok kakek tua yang selalu tersenyum tiap kali muncul di rumahku.

Karena mereka berpenampilan seperti manusia pada umumnya, aku tidak merasa takut sama sekali dan tidak sadar sama sekali bahwa mereka bukan manusia. Hal itu terus berlangsung sampai aku menginjak usia lima tahun.

Suatu hari, aku hanya berdua dengan Ibuku di rumah. Hari sudah semakin gelap tapi Ayah belum pulan juga. Ibu segera menutup seluruh jendela rumah sementara aku asik mengobrol dengan seorang kakek yang sudah sejak sore nongol di teras rumah.

Ibuku yang sadar akan suaraku segera menghampiriku ke teras dan bertanya dengan siapa aku mengobrol. Dengan santai aku menunjuk ke arah kakek tersebut dan mengatakan ke Ibu bahwa aku sedang mengobrol dengan kakek.

Ibu melongo melihat ke sudut teras yang aku tunjuk dan tatapannya berubah menjadi aneh. Hal serupa juga aku rasakan karena tiba-tiba saja sosok kakek yang sedari tadi kuajak bicara sudah tidak ada di sana. Sontak saja Ibu langsung menarik tanganku menuntunku masuk ke rumah dan segera menutup pintu.

Ibu tidak membahas tentang sosok kakek yang kubicarakan tapi saat Ayah pulang, tanpa sepengetahuanku Ibu menceritakan hal itu kepada Ayah. Keesokannya, Ayah mengingatkanku untuk tidak bermain dengan kakek itu lagi atau siapapun yang datang ke rumah tanpa sepengetahuan Ibu.

Aku yang saat itu bingung langsung mengiyakan perintah Ayah dan tidak menanyakan alasannya. Tapi kemudian Ayah bilang bahwa kakek yang aku lihat tidak bisa dilihat oleh orang lain dan dia bukan manusia. Sontak saja penjelasan Ayah membuat bulu kudukku merinding.

Meski begitu, aku tidak begitu saja percaya dengan ucapan Ayahku. Aku yang yakin benar bahwa kakek itu adalah manusia akhirnya membantah ucapan Ayah dan menceritakan mengenai beberapa anak kecil yang sering datang bersama kakek itu.

Mendengar ceritaku itu, wajah Ibu terlihat suram. Ibu memang termasuk orang yang penakut terhadap hal-hal seperti itu. Berbeda dengan Ayah yang tetap tenang sembari menjelaskan padaku bahwa mereka juga bukan manusia.

Sadar bahwa aku tidak puas dengan penjelasannya, Ayah lantas memegang pundakku dan memintaku untuk memanggil Ayah jika kakek dan anak-anak itu datang agar Ayah bisa berkenalan dengan mereka. Aku lantas tersenyum dan bertekad membuktikan kepada Ayah bahwa mereka itu manusia.

Sepanjang hari itu aku terus berusaha mencari dan menunggu kehadiran kakek atau teman-temanku, tapi sejak siang hingga hampir malam, tidak satupun dari mereka yang nongol. Sebelum magrib Ibu segera menarikku masuk ke rumah dan menelepon Ayah agar cepat pulang.

Saat Ibu pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam, Ibu membiarkanku duduk di ruang keluarga sembari menonton televisi. Sebelum pergi, Ibu sudah menawariku untuk ikut tapi aku memutuskan untuk menonton.

Sebenarnya aku cukup kesal karena tidak satupun dari kakek atau anak-anak itu yang datang. Jadi, daripada semakin kesal aku memutuskan untuk menonton saja. Tapi tidak lama setelah Ibu pergi ke dapur, aku mendengar suara pintu diketuk.

Aku segera memanggil Ibu dan memberitahunya bahwa Ayah sudah pulang. Tapi karena sedang sibuk di daur, Ibu memintaku untuk membuka pintu. Kebetulan intu hanya dikunci bagian bawah sehingga aku masih bisa menjangkaunya.

Dengan tidak bersemangat aku membuka pintu dan mendapati kakek yang biasa mengobrol denganku menghadap ke depan membelakangi pintu. Hal itu membuatku menjadi bersemangat dan dengan segera aku memanggil kakek itu dan memintanya untuk masuk.

Aku menunggu kakek tersebut sampai ia membalikkan tubuhnya dan begitu aku melihat wajahnya, sontak saja aku berteriak histeris memanggil Ibu. Karena teriakan itu, Ibu segera memeriksaku ke depan rumah dan langsung memelukku untuk menenangkanku.

Baru saja Ibu menuntunku untuk masuk, Ayah terlihat berlari menghampiri kami. Tanpa banyak bertanya Ayah meminta Ibu untuk mengambilkan air hangat dan memberikannya padaku. Seolah tahu apa yang terjadi Ayah hanya berusaha menenangkanku dan membuat aku nyaman.

Setelah situasi membaik, barulah Ayah menanyakan mengapa aku menangis. Aku pun menjelaskan kepada Ayah apa yang kulihat dan bahwa Ayah benar mengenai kakek itu. Hal itu membuat Ibu panik dan wajahnya terlihat sangat cemas.

Sejak kejadian itu, Ayah memutuskan untuk menutup penglihatanku tersebut dan sejak itu juga aku tidak pernah melihat makhluk halus lagi. Ayah juga memutuskan untuk pindah ke luar kota karena pekerjaan Ayah sedang tidak bagus.

Tujuh tahun kemudian, di sinilah aku berada. Di sebuah desa kecil yang merupakan tanah kelahiran Ayah. Kami pindah ke sebuah rumah tidak jauh dari rumah orangtua Ayah. Setiap sore aku bersama teman-teman seusiaku sembayang ke masjid dan mengaji bersama-sama setelahnya.

Pernah suatu hari, aku duduk di depan rumah bersama nenek sambil mengobrol. Entah kenapa tiba-tiba nenek bercerita mengenai pohon beringin angker yang berada di belakang masjid. Nenek juga bercerita mengenai asal-usul mengapa pohon itu menjadi angker.

Menurut cerita nenek, jauh sebelum nenek lahir desa tempat kami tinggal masih sangat sepi dan seram. Rumahnya masih jarang-jarang dan belum ada penerangan listrik. Begitu malam tiba, desa akan sangat sepi seperti kuburan.

Suatu hari, seorang gadis terpaksa harus keluar malam untuk memanggil Ayahnya yang sedang berkumpul di rumah teman karena tiba-tiba saja sang Ibu sakit. Gadis itu hanya berbekal obor dan berjalan terbata-bata karena ketakutan.

Karena panik gadis itu berusaha untuk berjalan lebih cepat melewati jalan setapak yang gelap. Tapi sudah berjalan cukup lama, gadis itu belum juga tiba di tujuan. Sang Ibu yang khawatir karena gadis itu tidak kunjung kembali segera meminta bantuan kepada tetangga terdekat.

Sang Ibu semakin panik karena sang suami pulang tanpa anak gadisnya. Sambil menahan sakit sang Ibu memaksa untuk ikut mencari anak gadisnya. Malam itu bersama beberapa tetangga mereka terus mencari sang anak namun tidak juga ketemu.

Beberapa orang mengaku melihat obor yang bergerak di balik pepohonan tapi saat didekati obor itu segera menghilang. Sang Ibu juga sempat mendengar suara gadis itu memanggil mereka tapi saat didekati suaranya semakin jauh dan menghilang.

Keesokan harinya, gadis itu ditemukan tergelatak di bawah pohon beringin dengan wajah pucat. Tatapannya kosong dan tidak mau berbicara. Sesekali ia menunjuk pohon beringin dan mengatakan sesuatu yang tidak jelas.

"Pohon beringinnya yang di belakang masjid itu ya Nek?", potongku penasaran.

Nenek mengangguk sambil tersenyum dan segera melanjutkan ceritanya. Nenek mengatakan bahwa gadis itu sempat sakit keras beberapa minggu sebelum akhirnya meninggal. Sebelum meninggal, gadis itu sempat hilang lagi dan ditemukan sudah tidak bernyawa keesokan harinya di bawah pohon beringin.

Cerita itu sontak membuat bulu kudukku merinding. Aku pun merapatkan posisi dudukku ke dekat nenek sembari memegang tanganya.

"Terus apa yang buat dia jadi sakit nek? terus apa hubunganya sama pohon itu?", tanyaku kemudian.

Nenek menghela nafas untuk beberapa saat dan kembali bercerita. "Kata orang tua dulu, ada makhluk gaib yang marah sama gadis itu karena gadis itu menginjak dan menyakiti temannya. Kemungkinan, gadis itu gak sengaja mengenai makhluk gaib saat berjalan terburu-buru."

"Makhluk itu penunggu beringin?", tanyaku.

"Bukan. Katanya sih makhluk gaib itu ya penunggu hutan sekita situ. Mereka punya kampung di sana dan gadis itu gak sengaja melewatinya."

"Lah terus pohon beringin itu apa hubungannya?" sanggahku.

"Pohon beringin itu lah pintu untuk masuk ke perkampungan gaib itu. Nah sejak gadis itu meninggal, warga sering melihat obor yang bergerak di sekitar pohon beringin itu dan mulailah ada istilah hantu obor kala itu. Katanya sih, gadid itu jadi penunggu pohon beringin sejak kematiannya."

"Oya nek, tapi emang pohonnya gak mati-mati ya? Kan nenek aja umurnya udah tua."

Nenek tersenyum dan kembali bercerita. Menurut cerita nenek, pohon beringin di belakang masjid itu bukan satu-satunya pohon beringin di sana. Sebelumnya di sana ada beberapa pohon beringin dan saat nenek masih kecil tidak ada yang berani ke area pohon itu.

Nenek juga menjelaskan bahwa beberapa pohon beringin ditebang oleh pendatang untuk pembukaan lahan. Dulu sempat tidak ada lagi pohon beringin di sana namun tidak lama setelah mandor proyek itu tewas, beberapa batang pohon beringin kembali muncul dan salah satunya tumbuh subur hingga sekarang.

"Itu makanya, kita gak boleh sembarangan kalau lewat di tempat yang sakral seperti itu. Karena mereka akan marah kalau terusik."

"Tapi sekarang udah gak angker kan Nek? Kan udah ada masjid".

"Selama ini aman-aman aja sih. Nenek juga gak penah ketemu yang aneh-aneh. Tapi buat jaga-jaga ya jangan main-main ke dekat pohon itu. Dan jangan ngomong sembarangan kalau di situ", pesan nenek.

Sejak cerita nenek mengenai pohon beringin itu aku malah jadi penasaran sama itu pohon. Biasanya acuh, sekarang aku malah sering banget memperhatikan pohon itu dari kejauhan. Meski begitu aku selalu ingat pesen nenek untuk tidak bermain di dekat pohon itu.

Nah, malam itu selepas mengaji entah bagaimana kami bermain di halaman belakang masjid dan seperti tidak sadar kami semakin dekat dengan pohon itu. Karena gelap, pohon itu memang tidak begitu kelihatan tapi jika diamati dengan seksama maka akan terlihat pohon beringin yang besar dan rimbun.

"Eh kita jangan main dekat sini ah, di situ kan ada beringin, kita ke dapan aja yuk", ajakku.

"Emangnya kenapa kalu ada beringin? Kan masih jauh pohonnya Nda!", sanggah salah satu temanku.

Sanggahannya itu pun mendapat dukungan dari teman yang lain. Karena hanya sendirian, aku akhirnya mengalah dan tetap bermain bersama mereka. Aku sengaja menghadap ke masjid membelakangi pohon itu biar tidak terus memperhatikannya. Awalnya tidak ada apa-apa. Kami asik mengobrol dan sesekali tertawa karena cerita lucu salah satu teman.

Di tengah-tengah perbincangan tersebut, tiba-tiba saja Rizki, salah satu teman yang berdiri menghadap ke pohon beringin mendadak menunjuk ke arah pohon dengan tatapan yang serius. Sontak aku dan teman lainnya mencoba mengecek apa yang dilihatnya.

Saat aku memutar badan dan melihat ke arah pohon itu, tidak ada hal aneh yang terlihat. Hanya sebuah pohon rimbun yang memang terlihat seram. Teman yang lain juga tidak melihat apa-apa sehingga mereka segera mengajukan pertanyaan.

Rizki mengatakan bahwa ia melihat obor bergerak dari balik pepohonan itu dan menghilang di pohon beringin. Beberapa teman lantas tertawa dan menganggap ucapan Rizki hanya lelucon untuk menakut-nakuti. Beberapa teman juga mengatakan bahwa itu hanya senter orang yang mau pergi mancing.

Situasi pun kembali aman terkendali sebab tidak satu pun orang yang ambil pusing dengan hal itu termasuk Rizki. Tapi, aku yang ingat betul cerita nenek merasa ada yang tidak beres di sana. Untuk sesaat aku merasa tenang karena aku merasa tidak akan melihat makhluk aneh sebab penglihatan itu sudah ditutup saat aku kecil.

Tapi rasa penasaran yang besar dalam diriku akhirnya membuatku nekad untuk mengecek pohon itu sekali lagi. Dengan gerakan ragu aku memutar badan dan megarahkan pandanganku tepat ke arah pohon itu. Untuk sejenak aku merasa tenag karena tidak melihat obor yang diceritakan Rizki tadi.

Namun saat pandanganku menangkap objek aneh yang berada di tengah pohon, jantungku mulai berdegup kencang dan kecemasan mulai merasukiku. Mataku terus terpaku pada objek aneh yang sebenarnya tidak asing itu.

Misteri hantu penunggu pohon beringin

Di antara rasa takut yang mulai muncul, Aku terus mencoba mengamati objek itu sampai akhirnya bentuknya semkain jelas terlihat. Saat aku yakin betul bahwa itu adalah sesosok wanita mengenakan pakaian putih, aku segera berteriak histeris dan berlari ke arah masjid.

Teriakanku membuat teman-teman terkejut dan histeris. Mereka ikut berlari di belakangku meski tidak tahu pasti apa yang membuatku berlari ketakutan. Beberapa orangtua yang berada di dalam masjid segera keluar untuk melihat apa yang terjadi.

Aku berhasil mencapai pintu masjid bagian belakang tapi akhirnya terjatuh lemas di tangga. Beberapa orangtua segera membopongku ke dalam masjid dan mencoba memberi pertolongan. Beberapa teman segera mengerumuniku yang terlihat pucat.

Setelah tenang, beberapa orangtua langsung menanyaiku. Aku yang masih merasa takut memilih untuk diam dan tidak mengatakan apa-apa. Aku hanya meminta diantar pulang dan salah seorang tetangga dekatku segera mengantarku pulang.



0 comments :

Post a Comment